Penting mengajarkan adab pada anak-anak sedini mungkin setelah aqidah. Apalagi yang sering terlupakan, adab menghadiri jamuan makan. Mengajar adab tidak dengan cara yang saklek atau kaku, tapi dengan contoh dan kasih sayang. Dulu seorang teman pernah cerita, agaknya ia jengkel dengan beberapa teman yang bertamu atau menghadiri acara sambil membawa anak-anaknya. Sangat teman berkomentar :
" Mbak itu, kalau di rumah anaknya nggak dikasih makan ya. Nggak kayak gini kali mbak, jadi kayak aji mumpung gitu. Semua makanan diambil, dan nggak berhenti sampai yang lain nggak kebagian. "
Meski terkesan gimana gitu mendengarnya tapi bener juga sih. Coba aja bayangin, si anak itu mengambil beberapa makanan sekaligus, semua yang dihidangkan seakan ingin dimakan. Ibunya mohon permakluman, namanya juga anak-anak. Duh, iya sih anak-anak tapi kan bisa diajarin kali.
Saya juga pernah mengalami ngadepin yang kayak gitu. Biasa lah ya, di hari lebaran menyediakan kue-kue. Kadang saya membeli agar tidak perlu repot di dapur menyediakan kue lebaran. Apalagi saat anak-anak masih kecil, prioritasnya menjaga puasa mereka berjalan lancar saja. Ketika mereka sudah mulai besar, mereka mau belajar membuat kue. Singkat cerita, lebaran tiba dan kue-kue cantik buatan mereka tertata rapi di meja.
Lalu tamu datang silih berganti, melihat kuenya dinikmati, anak-anak ikut senang dan bangga, buatan sendiri, begitu pikir mereka. Hingga ada salah satu tamu datang dengan tiga anak mereka. Dibilang balita sih enggak, sudah besar juga usia TK dan SD kelas awal begitulah.
Salah satu kue favorit buatan anak - anak adalah panda dari quaker dan coklat coco crunch. Tidak sempat diantisipasi, anak-anak dari tamu tadi dengan santainya nyopotin coklatnya, dijilat dan dibalikin lagi ke dalam toples. Seketika wajak anak-anak kami berubah, meski masih bisa menahan diri. Gimana nggak kesel, di saat puasa mereka menahan haus dan lapar tapi tetap kerja bikin kue, giliran lebaran kuenya dijilatin anak orang dan nggak dimakan. Kesel banget.
Tidak ada dalam kamus kami, kalimat permakluman "namanya juga anak-anak" terlebih untuk hal yang merugikan orang lain. Terlebih lagi, ketika berada di luar rumah yang ranahnya tidak ada hak untuk berlaku sesuka hati. Satu hal pentingnya mengajarkan adab sebelum anak-anak dibawa beraktivitas di luar rumah atau berinteraksi dengan orang lain termasuk adab menghadiri perjamuan.
Ajarkan menghormati yang lebih tua.
Ingatkan selalu pada hak orang lain.
Sebagaimana anak ingin dihargai haknya, maka ingatkan mereka orang lain pun punya hak yang sama. Kenalkan apa yang boleh dan tidak boleh mereka lakukan di luar rumah terkait hak orang lain. Di rumah, saya membebaskan anak-anak ngapain aja selagi tidak dilarang agama. Misal jungkir balik, berantakin rumah, main bola di rumah. Oke, tak apa. Tapi diajarkan dan diingatkan saat dirumah orang lain, harus tahu hak pemilik rumah. Ajarkan adab bertamu, tidak pecicilan dan menyentuh barang tuan rumah tanpa izin dan diizinkan. Hasilnya, mereka pecicilan di rumah sendiri tapi anteng saat bertamu di rumah orang lain.
Adab ketika dijamu
Sudah biasa ketika bertamu, kita akan dijamu. Minimal minum atau kudapan. Titik krusial ketika anak-anak tidak belajar adab sebelumnya adalah mereka akan mencoba berbagai makanan yang menarik meski belum tentu dimakan. Atau mengacak hidangan dibuat mainan. Gemes deh lihatnya. Beberapa hal yang harus ditanamkan sebelum anak-anak diajak hadir pada jamuan makan.
Menunggu izin tuan rumah
Tidak mengambil makanan berlebihan
Ajarkan anak untuk tahu ukuran perut bukan sekedar keinginan. Jadi mereka akan mengambil makanan sesuai dengan kemampuannya memakannya, tidak berlebihan. Apalagi mengambil dalam jumlah besar lalu tidak dihabiskan. Ingatkan juga, bahwa selain kita,ada tamu lain yang hendak dijamu, sehingga anak-anak ingat untuk tidak menghabiskan semua suguhan.
Mengambil makanan yang terdekat
Ajak anak untuk terbiasa mengambil makanan yang terdekat dengannya. Tidak meminta makanan yang jauh letaknya apalagi makanan yang tidak dihidangkan.
Posting Komentar
Posting Komentar