Jika bertambahnya usia setahun saja, begitu spesial apalagi memasuki usia sepuluh tahun. Begitulah perjalanan Ibu Profesional yang kini memasuki usia sepuluh tahun, satu dekade bersama para ibu menemukan makna dalam setiap perannya. Momen sepuluh tahun ini menjadi spesial dengan adanya Konferensi Ibu Pembaharu. Sebuah konferensi dari ibu untuk ibu. Terbayang kan keseruannya.
Arti satu dekade Ibu Profesional (IP)
Berawal dari keresahan seorang ibu yang semasa gadis aktif berkegiatan dan produktif di usia mudanya. Memasuki kehidupan rumah tangga ternyata tak mudah, serasa ada belenggu sehingga segala aktivitas di masa muda hanya kenangan belaka. Kini hidupnya hanya berputar antara dapur, sumur dan kasur. Aaaah betapa menjemukan hari-harinya. Septi Peni Wulandani, demikian nama ibu tersebut ingin keluar dari rutinitas yang membosankan ini, tapi tentu saja tidak mengabaikan perannya sebagai istri dan ibu bagi anak-anaknya. Ini masalah yang kemudian diubahnya menjadi tantangan. Memaknai setiap kegiatannya sebagai istri dan ibu lalu bersungguh-sungguh di dalamnya hingga akhirnya beliau mampu menjalani peran sebagai ibu dengan bangga dan bahagia.
Menjadi ibu yang profesional dalam menjalani peran yang diambilnya merupakan kebahagiaan. Berawal dari kebanggaan dan kebahagiaan menjalankan peran sebagai istri dan ibu inilah, sebuah komunitas tumbuh dan berkembang menjadi tempat para ibu bergabung untuk belajar, mengembangkan diri sehingga mampu menjalankan perannya sebaik mungkin.
Kini sudah satu dekade usianya. Kepak sayapnya semakin tinggi, dari rumah terus bergerak untuk Indonesia dan dunia. Ribuan membernya tersebar di seluruh negeri bahkan hingga luar negeri. Selain Institut tempat kelas-kelas belajar, ada juga Kampung Komunitas, Resource Center Ibu Profesional (RCIP), Koperasi Ibu Profesional Mandiri (KIPMA), dan Sejuta Cinta. Perjalanan yang tak mudah bagi sebuah organisasi, tapi juga bukan hal yang sulit ketika bersungguh-sungguh, komitmen serta konsisten. Para ibu di organisasi ini sudah membuktikannya.
Menarik, beginilah konferensinya para ibu
Selama satu dekade kehadiran Ibu Profesional mewarnai geliat para ibu membangun kesadaran akan penting peran ibu di berbagai bidang kehidupan sesuai perannya, sudah dua kali konferensi seperti ini diadakan. Terinspirasi konferensi perempuan pertama yang diadakan di Yogyakarta pada tahun 1928, konferensi Ibu Profesional (KIP) pertama kali juga diadakan di Yogyakarta, selama 3 hari 2 malam pada tanggal 16 - 18 Agustus 2019 di Sahid Jaya Hotel. Sekitar 500 para ibu dari seluruh Indonesia menghadiri konferensi ini, dengan narasumber inspiratif. Ada womenpreneur, penggiat budaya, pemberdaya masyarakat, juga penulis. Mereka adalah Septi Peni Wulandani, Dodik Maryanto,Tri Mumpuni, Inem Jogja, Salim A. Fillah, Noor Liesnani dan Sumitra Pasupathy. Nggak ada yang tak mungkin, jika puluhan tahun lalu para perempuan sukses menyelenggarakan konferensi maka, di era kekinian dengan segala kemudahan bukan sesuatu yang tak mungkin menyatukan para ibu dengan para changemaker dalam suatu forum untuk bersama berpikir, bersinergi, berkomitmen dan bergerak melakukan perubahan.
Pandemi dan terbatasnya ruang gerak tak menyurutkan langkah untuk terus bergerak. Maka, jika pertemuan secara offline tidak lagi bisa dilakukan, online pun tak jadi masalah. Jadilah Konferensi yang kedua ini diselenggarakan secara virtual. Rancangan acara yang dirumuskan dan diolah oleh Komponen Institut Ibu Profesional ini pun mulai terasa gaungnya sejak enam bulan lalu. Seperti apakah acaranya, simak yuk keseruannya.
Konferensi ibu pembaharu 2021, virtual namun terasa nyata
Acara yang sedianya dibuka pada tanggal 18 Desember ini sudah membuat penasaran sejak beberapa hari sebelumnya. Begitu link url untuk memasuki ruang konferensi dibagi, rasa penasaran sedikit terpuaskan. Saya segera menjelajah ruang demi ruang dan menjadi ter "wow" dengan rancangan ruangan yang keren banget. Gimana nggak keren, begitu kaki eh tangan menuju tempat acara, sebelum melangkah menuju lobby saja, seketika terhenti menikmati nuansa adem, hijau segar tanaman berpadu dengan pintu lobby yang natural. Trus setibanya di lobby, ada tiga ruang besar yaitu Exhibition hall, Conference Hall dan SKUI Hall.
Pada exhibition hall, kita disuguhi berbagai booth yang membuat tangan tak berhenti memilih karena ada berbagai barang, cinderamata dan oleh-oleh yang semuanya menarik. Dijamin keluar dari ruang ini, keranjang belanjaan jadi penuh. Sebelum dompet virtual kempes, harus buru-buru masuk hall yang lain nih.
SKUI Hall, disini terdapat berbagai booth keren dari seluruh komponen yang ada di IP, ada sekretaris nasional, RCIP, KIPMA, Institut, Kampung Komunitas, dan Sejuta Cinta. Juga berbagi booth regional yang turut berpartisipasi. Booth yang dirancang tiga dimensi terlihat apik dan menarik serta nyata. Kita seolah-olah jalan-jalan beneran. Lantai, dinding, meja kursi serta tanaman indoornya serasa hidup. Disini kita bisa mendapatkan informasi yang kita butuhkan seputar komponen yang ada di IP.
Conference Hall, inilah ruang utama konferensi. Panggung besarnya langsung terlihat mencolok dengan warna yang sejuk dipandang. Kursi-kursi peserta berjajar rapi, rasanya ingin segera duduk menyimak narasumber demi narasumber yang keren pastinya.
Jalan-jalan ke tempat acara beberapa jam sebelum dimulai ternyata membuat kita lebih mudah ketika hadir pada acara. Namun, desain dan setting tempat acara yang tertata rapi, dijamin nggak membuat kita gagal dan salah masuk ruangan. Apalagi jika benar-benar memperhatikan jadwal dan tempat acara, pasti tinggal cuss dan duduk manis di dalamnya. Sayangnya sedikit harus antri ketika hari pertama, maklum karena peserta KIP luar biasanya, banyak banget. Berjubel yang akan masuk ruang conference di hari pertama. Syukur, panitia cekatan dan langsung memaksimalkan perangkat yang ada, ditambah dengan url youtube yang gampang diakses. Jadi semua peserta tetap bisa mengikuti acara demi acara dengan baik.
Ada apa di Konferensi Ibu Pembaharu (KIP) satu dekade ini?
Plotting konferensi di bulan Desember sangat pas sekali, karena puncak acara KIP kali ini tepat di hari Ibu tanggal 22 Desember 2021. Mengangkat isu seputar perempuan, ada beberapa tema yang di highlight pada KIP kali ini, Lingkungan, Ibu dan Anak, Perempuan dan digitalisasi, serta Disabilitas Unggul.
Sehari sebelum pembukaan, tanggal 17 Desember 2021 pkl. 16.30- 18.00 di ruang conference kita mendapat suguhan tema menarik dengan narasumber yang oke banget. Ines Setiawan, Sustainable Hyper Platform of Indonesia Network of Educators. Dan begitu konferensi dibuka keesokan harinya, pada 18 Desember 2021, ada banyak narasumber yang nggak kalah kerennya dengan tema-tema yang inspiratif.
Selebrasi Kelas Bunda Saliha Institut Ibu Profesional
Setelah menjalani kelas yang durasinya lumayan panjang, enam bulan, pada moment KIP ini, para bunda saliha yang sejak awal masuk kelas mengazamkan diri menjadi Ibu pembaharu merayakan proses yang telah dilaluinya. Meski sebenarnya menjadi ibu pembaharu merupakan jalan panjang yang tidak cukup hanya dijalani dalam kurun waktu enam bulan. Selebrasi ini adalah momentum menguatkan langkah, menuju ekosistem yang akan menempa para ibu pembaharu untuk lebih berdaya dan bergerak menebar manfaat lebih luas lagi.
Penutup
Ibu belajar adalah ibu yang bisa melihat masalah. Ibu berdaya adalah ibu yang memberdayakan. Para ibu bisa menjadi bagian dari solusi, karena sejatinya tidak ada langkah yang kecil, kadang tidak adanya perhatian yang membuat langkah besar terlihat kecil.
Satu dekade Ibu Profesional, waktu yang cukup panjang mengukir karya, kini saatnya bergerak lebih luas lagi, bergandengan tangan lebih erat lagi agar dampaknya lebih besar lagi. Konferensi Ibu Pembaharu 2021, rumusan gerak langkah dari rumah untuk dunia.
Mau tahu apa saja insight dari para narasumber dan rumusan KIP 2021, simak liputan besok ya!
Menarik banget ya Mbak Tami, konferensi ini. Aku sampai masih nyimpen bahan tulisan, sayang belum kelar nulisnya :'(
BalasHapusVita - mamanesia.com