Membangun Personal Branding
Personal branding itu penting, iya nggak sih? Tapi harus hati-hati juga, ketika memaksa mencitrakan diri tapi tidak sesuai dengan kenyataan kan garing namanya. Membangun personal branding bisa dengan menjalankan kecenderungan atau kesukaan kita pada sesuatu dan peran kita dalam keluarga atau masyarakat yang secara konsisten kita lakukan. Ketika kita suka dan bisa melakukan sesuatu dengan baik, biasanya kita bahagia.
Beberapa teman dalam lingkaran mempunyai personal branding yang baik bahkan dari namanya saja sudah terbayang seperti apa dia. Ada yang karena anaknya mengalami cedera otak, kemudian ia ingin mengupayakan terapi buat anaknya dan belajar stimulasi sensorik dan motorik serta membagikan pengalamannya ke media sosial akhirnya, membaca namanya saja pikiran kita langsung tertuju ke stimulasi. Entah berapa banyak posting tentang prossesing sensory, sistem taktil dan banyak lagi terkait stimulasi pada anak dan menjadikannya rujukan bagi ibu-ibu yang mempunyai anak berkebutuhan khusus atau tidak tuntas stimulasinya.
Demikian juga dengan teman yang hobi crafting, dan suka membagi segala sesuatu tentangnya. Atau seorang teman yang punya passion di bidang pendidikan anak dan dengan passion itu, berbagai ide kreatif menjadi berbagai produk permainan anak.
Dari ilustrasi di atas, personal branding bisa dibangun melalui kecenderungan seseorang yang dijalankan dengan kontinyu serta konsisten lalu dibagikan kepada yang mungkin saja membutuhkan sehingga menjadi rujukan bagi orang lain.
Pentingnya personal branding
Sebelum berlanjut, kita pahami dulu apa sih personal branding itu? Dalam materi di kelas ODOP, mbak Ajeng menjelaskan bahwa personal branding adalah cara memasarkan diri atau karier melalui suatu citra diri yang dibentuk untuk khalayak umum bisa dipresentasikan lewat media sosial, blog, web pribadi atau karya - karya.
Personal branding itu membangun persepsi orang lain terhadap kita, harapannya bisa memberi informasi identitas diri kita, kemampuan kecenderungan dan keunikan kita. Spesifiknya sebagai seorang penulis, kita ingin dipersepsikan sebagai apa dengan karya-karya kita.
Caraku membangun personal branding
Membangun personal branding, tidak bisa dalam sekejap. Citra diri yang kuat dan identik dengan karya yang spesial tentu butuh waktu yang lama. Selain butuh skill dan pengalaman juga harus punya energi ekstra untuk selalu konsisten mengerjakan hal-hal yang akan menjadi brand kita.
Mengenal diri sendiri dahulu
Jadi hal pertama yang kita harus lakukan untuk membangun personal branding adalah mengenal diri. Awali dengan mengidentifikasi siapa kita, apa hobby kita lalu buat kuadran suka bisa, suka tidak bisa, tidak suka bisa dan tidak suka tidak bisa.Nanti kita akan menemukan prioritas mana yang harus kita pegang kuat lalu dijalankan. Aku menemukan kuadran ini ketika matrikulasi perkuliahan Ibu profesional dan menulis saat itu masuk dalam kuadran suka tapi belum bisa sehingga masih membutuhkan ilmu kepenulisan.Identifikasi hobi dan passion
Setelah mengenal diri, pasti kita akan menemukan hobi dan passion kita. Hobi adalah kegemaran, bisa saja hobi bertahan lama hingga menjadi passion, tapi tak jarang juga tak bertahan lama karena bosan atau kalah dengan kesibukan lain. Sementara passion adalah kegairahan untuk melakukan sesuatu sehingga semakin lama semakin mencintai pekerjaan itu. Passion bisa bertahan lama bahkan tanpa iming-iming materi sekalipun.Akhirnya aku menemukan menulis adalah hobiku dan suka melakukan ini karena manfaatnya banyak banget buatku. Sementara passionku di bidang pendidikan anak. Ada binar bahagia ketika melakukan hal yang terkait pendidikan anak, terlebih passion ini selaras dengan peran yang aku ambil sebagai ibu dari 7 orang anak juga sebagai guru pada sebuah sekolah.
Dan ketika perkuliahan di Institut Ibu Profesional, peta kekuatan diri, peta belajar nggak jauh dari pendidikan anak. Ketika kelas bunda sayang mendalami banget pendidikan anak dan lanjut kelas bunda cekatan, pendidikan anak masuk jadi urutan prioritas pada peta belajar. Sedangkan pada kelas bunda produktif pun masuk pada co-housing pendidikan. Akhirnya di kelas bunda saliha kembali pendidikan anak sebagai pilihan problem statement dengan tim rumah bijak digital.
Niche blog pilihan
Ketika membuat blog di tahun lalu lifestyle blog jadi pilihan dengan pertimbangan lebih mudah menuliskan banyak tema dibanding khusus satu tema. Sebenarnya tema khusus yang relate dengan niche blog lebih keren sih dan lebih mudah dikenali mesin pencari. Tapi di tahun pertama membangun blog ini, belum bisa spesifik pada tema tertentu meski semakin kesini semakin dominan tema education dan parenting sesuai dengan passion juga peran sebagai seorang ibu.Personal branding dan media sosial
Membangun personal branding tidak bisa lepas dari peran media sosial, terlebih di masa pandemi seperti ini. Kita butuh mengenalkan diri kita lebih jauh melalui media sosial, meski di dunia nyata kita sudah lebih dikenal dengan passion dan peran kita. Kita bisa memanfaatkan facebook dan instagram sebagai media campaign citra diri dengan postingan yang temanya sesuai dengan passion kita dan niche pilihan untuk blog kita. Bagaimana membangun citra diri di media sosial?- Utamakan kejujuran bukan pencitraan, jadi kita tampil apa adanya dan nggak perlu dibuat-buat.
- Pahami media sosial dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Cari informasi optimasi media sosial yang ada.
- Gunakan nama yang sama pada semua media sosial kita.
- Buat content yang setema, terutama yang relate dengan niche blog kita. Berdasarkan pengalaman, postingan tentang pengalaman mendidik dan mengasuh anak selalu mendapat tanggapan lebih banyak dibanding lainnya.
- Buat timeline postingan, berapa hari sekali harus update dan di jam berapa, usahakan kontinyu.
- Jangan libatkan diri dengan peperangan media sosial ini sangat kontraproduktif banget.
- Jauhi hoax dan berita-berita yang belum jelas kebenarannya.
Masyaa Alloh .. .7 putera Bu? Alhamdulillah masih bisa produktif berkarya juga. Salut Bu
BalasHapusAlhamdulillah sudah pada besar Kak, dulu juga fokus pada anak-anak. Sekarang baru memulai milestone pertama menulis
Hapus