Pada bulan Juni lalu, ruang berbagi Kelas Literasi Ibu Profesional (KLIP) mengupas tugas editor, dengan menghadirkan mbak Satwika Cita Heniono. Mbak Wika, panggilan akrab kami di KLIP yang sudah rutin menulis bareng KLIP sejak setahun lalu ini, adalah seorang editor berpengalaman. Sebelum menjadi editor freelance sampai dengan saat ini, Mbak Wika pernah menjadi editor di Elex Media Komputindo, sebuah penerbitan milik Gramedia Group. Dari Elex Media, Mbak Wika berburu pengalaman pada Kesaint Blanc Publising, sebuah perusahaan penerbitan buku bahasa asing untuk pasar Indonesia.
Seribu Satu Tugas Editor
Di sesi kali ini mbak Wika, yang sampai dengan saat ini tepat 10 tahun berkarir sebagai penyunting naskah akan mengupas tuntas pekerjaan yang harus dilakukan oleh seorang editor. Mbak Wita memberi judul sesi berbagi kali ini : "101 A-Z, Z-A tugas editor" karena nyatanya menjadi editor itu bukan sekedar mengedit naskah buku tapi masih banyak lagi, yang harus dilakukan. Saking banyaknya bisa sampai 100 an lebih tugas yang harus dilakukan seorang editor.
Pengertian Editor
Editor adalah orang yang melakukan sebuah pekerjaan atau tugas mengedit naskah. Kerjanya mengedit naskah, hasilnya berupa editan. Pengertian menurut KBBI, kata mbak Wika. Ternyata bukan sekedar mengedit naskah lalu selesai. Tapi banyak banget, jika kalian punya cita-cita menjadi editor, simak nih pekerjaan seputar penyuntingan naskah.
Berburu naskah atau mencari naskah
Pada sebuah penerbitan biasanya terdapat dua lini besar yaitu buku putih dan komik. Buku putih adalah buku yang lebih banyak tulisan atau teks, sedangkan komik adalah buku bergambar. Pada buku putih juga masih ada beberapa lini seperti fiksi atau non fiksi, lokal atau terjemahan. Non fiksi masih dibagi lagi berdasar genre, misal management, motivasi, bisnis dan banyak lagi.
Seorang penyunting, harus mencari naskah sesuai dengan lini di mana ia bekerja. Cara mencari naskah buku lokal dengan terjemahan juga beda. Untuk naskah lokal, editor biasanya mendatangi penulis atau grup kepenulisan untuk mendapatkan naskah tulisan yang bagus.
Sementara untuk naskah terjemahan, selain berburu naskah di pasar global seperti Amazon, New York Times Bestseller, penulis juga harus punya sense menyesuaikan. Buku yang tren di pasar global belum tentu sesuai dengan tren di pasar lokal. Jadi kejelian meraba tren pasar makro juga sejalan dengan kejelian menyesuaikan dengan pasar mikro. Apakah buku yang laris di pasar global akan laku atau tidak di pasar lokal? Nah ini butuh skill juga kan. Baru satu tugas saja sudah bikin mules ya…
Mengkurasi Naskah
Setelah mendapat naskah buku, seorang penyunting naskah harus mengkurasi naskah apakah layak terbit atau tidak. Dapur editor mempunyai rencana kerja kapan buku A harus selesai dikurasi, diedit dan siap diterbitkan. Harus punya timeline kapan buku akan diturunkan atau di keep dulu menyesuaikan momen dan pasar.
Mengedit naskah
Melakukan penyuntingan naskah merupakan tugas utama editor. Sebuah naskah buku yang siap dicetak harus mempunyai struktur bahasa yang baik, ejaannya benar, enak dibaca serta layoutnya menarik.
Ada dua macam kesalahan dalam naskah buku:
- Kesalahan minor : typo, diksi, dan struktur kalimat yang kurang bagus
- Kesalahan mayor : logika berpikir, logika berbahasa dan alur bercerita.
Alur mengedit
Membaca:
Pada proses penyunting, editor akan membaca naskah berulang kali sampai tidak ditemukan ada kata yang kurang satu huruf pun karena akan mengubah arti.
Mengedit:
Memperbaiki ejaan sesuai standar KBBI atau PUEBI, mengatur layout, mengoreksi font termasuk memastikan kesinambungan font judul dengan isi, memeriksa pemenggalan kata.
Mengoreksi ( Proofreading):
Proofreading adalah mengedit kembali setelah naskah disajikan dengan layout untuk memastikan keserasian, kerapian, tampilan naskah dengan layout. Editor masih harus melakukan proofreading beberapa kali sampai benar-benar tidak ditemukan kesalahan.
Tingkatan editan pada naskah:
- Editan ringan: Naskah 85-90 % sudah bagus, Jika ide naskah baik, mudah dimengerti maksudnya, struktur naskah rapi dan runut tidak loncat-loncat ibarat abjad dari A-B-C-D-E, kalimat dan diksi luwes. Kesalahan minor sedikit. Biasanya mengedit naskah seperti ini butuh waktu 2-3 hari saja.
- Editan sedang : Jika ide naskah baik, struktur naskah agak oleng sedikit misal dari A-B-C-E-D, kalimat dan diksi masih bisa diterima dan kesalahan minor banyak. Untuk naskah seperti ini butuh waktu 3 -4 hari atau sepekan.
- Editan berat : Jika ide naskah masih baik, tapi struktur naskah melenceng dan dibaca juga berat, kalimat dan diksi bergelombang serta mencong, alur penuturannya loncat - loncat seperti dari A-D-C- B-E.
Kolaborasi dengan bagian produksi
Kok bisa? Kan sudah jadi tugas desain dan layouters. Iya, bagian desain itu merancang buku, baik itu cover maupun layout isi buku. Nah editor memastikan rancangan itu tidak mengurangi tata bahasa dalam tulisan misalnya pemenggalan kata namun tampilan tetap rapi dan serasi.
Kolaborasi dengan penulis
Penulis dan editor adalah dua hal yang tak terpisahkan. Mengapa penulis butuh editor? Karena menulis dan mengedit adalah dua hal yang berbeda yang tidak bisa dikerjaan bersamaan. Penulis fokus menulis, karena jika penulis merangkap editor, tulisannya nggak kelar-kelar. Bisa sih self editing, tapi tetep ada tahapannya dan harus tahu kapan menggunakan baju penulis dan kapan menggunakan jubah editor.
Bersama marketing melakukan penjualan
Ternyata ya, editor juga masih harus berurusan dengan marketing segala, kirain editor itu kelar ngedit beres dah. Jadi saat editor akan turun naskah istilah lain dari naskah akan terbit, maka sang penyunting segera menghubungi bagian marketing untuk membahas strategi pemasarannya. Jadi .masih harus bekerja sama dengan bagian marketing dalam membahas strategis pemasaran.
Memantau penjualan
Masih ada lagi tugas penyunting buku, memantau penjualan. Penyunting naskah juga harus ikut cek pasar, cek toko buku dan memberi ide-ide untuk meningkatkan penjualan atau menghabiskan buku yang sudah dicetak. Biasanya masa inkubasi buku pada toko itu sekitar 6 bulan setelah itu buku akan diturunkan dari rak dan masuk gudang. Nah jika buku menumpuk di gudang, editor juga harus menyiapkan strategi baru agar gudang tidak penuh dan buku terjual.
Menjalin hubungan baik dengan penulis
Setelah buku terbit, penyunting naskah masih harus menjaga hubungan baik dengan penulis agar kelak jika penulis punya naskah baru, penyunting bisa mendapatkan naskah tersebut untuk diterbitkan. Apalagi penulis - penulis yang produktif dan bukunya best seller, penyunting harus terus menjaganya.
Meniti jembatan antara penulis dengan perusahaan
Penyunting juga berperan sebagai jembatan yang menghubungkan antara penulis dengan perusahaan penerbitan. Dari sisi penulis harus mendapatkan benefit yang layak dari penjualan buku termasuk royalti sementara di sisi perusahaan juga tetap bisa mendapatkan keuntungan. Nah penyunting harus bisa mengambil peran ini.
Mengisi berkas-berkas persiapan penerbitan
Saat akan turun naskah, ada banyak berkas yang harus diisi. Diantaranya surat perjanjian dengan penulis, berkas ISBN dan lainnya.
Saran Editor
Ternyata seru dan penuh tantangan juga dunia edit mengedit ini. Seorang penyunting buku punya peran yang cukup besar bagi sebuah buku. Meski jamaknya nama pengarang lebih terkenal dibanding editornya. Nah sudah tahu kan sebagian dari 101 pekerjaan editor. Masih berminat jadi editor?
Menurut mbak Wika, dunia penyuntingan naskah adalah bidang gaib, artinya bidang yang nggak jelas, eksakta bukan - sosial juga bukan. Tidak ada jalur pendidikan formal, kan nggak ada jurusan pengeditan di sekolah manapun. Autodidak dan bisa dilatih.
Terakhir Mbak Wika memberi saran jika berminat menjadi editor:
1. Belajar
2. Terus berlatih, berani mencoba serta rajin cari celah atau peluang.
3. Sabar
Dengan tugas seabrek ini, sudah selayaknya dihargai. Jangan pernah lagi bilang: " Ah tugas editor kan ngedit doang". Semoga para editor semakin mendapat tempat dan apresiasi yang lebih baik.
Pengen banget nih jadi editor profesional, tapi rata-rata mentok di usia. Dah ketuaan euy
BalasHapusBtw judulnya 101 tapi di artikel tertulis seribu satu.
Kemarin belum diedit Bu..keburu. Semoga jadi editor profesional versi terbaiknya Bu. Lillah
HapusTernyata banyak banget ya tugas editor. Tahunya beneran cuma ngedit doang. Makasih Bu Tami, jadi belajar banyak nih.
BalasHapusDikira kalau editor itu kerjanya cuma ngedit yang berhubungan dengan PUEBI gitu, ga sampai mikirin penjualan, eh ternyata luar biasa bejibun ya tugasnya.
BalasHapusDan profesi apapun, termasuk editor ini harus di hargai dan apresiasi dengan baik
Aku tuh tertarik banget pengen coba dunia editor, bu. Tapi masih bingung harus mulai darimana nih :D
BalasHapusDan aku masih sadar diri si, masih harus banyak belajar. Jadi mulai nulis aja dulu. Siapa tau nanti ada peluang jadi editor :)
Banyak banget tugas editor dan baru tahu kalau editor juga terlibat pengawasan pemasaran buku. Tapi saya tetap tertarik, malah jadi lebih tertantang. Semoga ada rezeki ikut belajar di kelas editor.
BalasHapusTernyataa ini toh pekerjaan editor dibalik layar.
BalasHapusSelama ini aku kiranya editor itu cuma ngedit ejaan sesuai KBBI doang, wkwkkw
Ternyataa, pas lah ini banyak yg bilang kerjaan jadi editor itu nggak mudaah..
Ga nyangka ternyata editor itu kerjanya dari A-Z. Dari milih naskah hingga penjualan bukunya. Aku kira selama ini editor cuma ngedit naskah aja..
BalasHapushmmm edotor ternyata gacumangedit doank ya tugasnya
BalasHapusBuanyak banget ya tugasnya editor. Kupikir cuma ngecekin typo dan kalau ada kata-kata yang nggak sesuai EBI.
BalasHapusWah masya Allah, makasih banget tulisannya, Kak! Kebetulan aku seorang editor pemula, dan merasa terwakili dengan tulisan Kakak. Suka sama ending tulisan Kakak ini karena menyentil hehe. Ternyata banyak yang masih ngira kerjanya editor ngedit doang, ya emang ngedit sih tapi editnya kompleks :")
BalasHapusBarakallah.