Assalamu’alaikum Readers,
Sering kali mendapat pertanyaan gimana sih caranya kok anak-anaknya mau menghafal Al Qur’an? Ini pertanyaan yang susah dijawab sebenarnya, karena kami hanyalah manusia biasa dengan segala keterbatasan serta bukan penghafal Al Qur’an. Pernah merasa agak “keder” juga ketika membaca tulisan seorang praktisi parenting, yang isinya kurang lebih seperti ini :
“Jika kita tak mampu melakukan maka jangan menuntut anak untuk melakukannya. Jika kita bukan penghafal Al Qur’an maka jangan memaksa anak-anak menjadi penghafal Al Qur’an dengan harapan mendapatkan mahkota kebesaran di surga”. Orang tua yang egois begitulah kira-kira makna yang tersirat, ketika menjadikan anak-anaknya investasi untuk mendapat previlege dan kemudahan masuk surga. What ...?
Menurutku nggak ada salahnya sih argument itu meski tak sepenuhnya benar. Dan entah mengapa, pernyataan itu seolah menjadi pembenaran sebagian orang tua yang sependapat bahwa kalau orang tuanya nggak bisa menghafal Qur’an, mbok yao nggak usah memaksa anaknya menjadi penghafal Qur’an, sementara sebagian orang tua lainnya tak sependapat. Lalu terjadi pro kontra gitu, seperti biasa dan terlihat dari ramainya komentar di laman itu.
Perlu digarisbawahi pada frasa, memaksa anak. Yang jelas kalau yang ini aku pun nggak setuju meski dengan dalih kebaikan itu perlu dipaksakan. Tapi kalau mengharapkan anak-anaknya mau menghafal Al Qur’an, menjadi hafizh dan hafizhoh sementara orang tuanya belum hafiz dan hafizhoh masak kok ya nggak boleh. Wong mengharap dan berikhtiar untuk itu kan ranahnya manusia.
Tidak semua Nabi terlahir dari ayah yang seorang Nabi, bahkan ada yang ayahnya pembuat patung dan menyembah berhala. Tidak semua hafizh terlahir dari orang tua yang juga hafizh Qur'an. Tak ada yang salah, jika apa yang dulu tak sanggup orang tua lakukan, menjadi harapan buat anaknya kelak. Meski harus diingat, caranya harus benar dan tidak boleh memaksa yang justru akan menyakitkan bagi anak-anak.
Alasan Berharap Anak-Anak Menghafal Al Qur’an
Setiap keluarga, tentu mempunyai visi dan misi tersendiri yang unik seperti karakter keluarga itu. Dari visi misi ini mereka mempunyai rencana dan rancangan masa depan bagi keluarganya terutama anak-anak, secara mempunyai anak adalah pilihan sadar yang harus disertai dengan tanggung jawab pengasuhan dan pendidikan. Termasuk harapan jangka panjang, tak sekedar dunia tapi juga akhirat.
Tak ada salahnya orang tua punya harapan agar kelak anak-anak nya menjadi penjaga Al Qur'an. Itu harapan dan rencana, setelah meluaskan ikhtiar, harapan dan rencana itu tinggal diserahkan pada yang Maha Kuasa. Karena tugas manusia hanya di ranah ikhtiar seluas-luasnya. Setelahnya, ranah Allah Sang Penentu takdir manusia.
Sungguh, bukan sekedar impian mendapatkan mahkota kebesaran atau agar syafaatnya kelak bisa menarik orang tuanya ke surga. Sekali lagi bukan. Apakah orang tua harus seegois itu agar anaknya menjadi menghafal Qur'an. Tentu tidak bukan.
Harapan mendapat syurga itu tidak harus disandarkan pada amalan orang lain, meski itu anak kandung yang jaminan doanya dan permohonan ampunannya tak terputus hingga ruh orang tuanya terlepas dari raga. Bahkan amalan sendiri pun. Karena itu semata-mata adalah rahmat dari Allah SWT. Lalu mengapa masih punya harapan dan rencana agar anak menghafal Al Qur'an kalau bukan karena itu?
Menyelamatkan di Dunia dan Akhirat
Untuk kehidupan dunia dan akhirat anak-anak itu sendiri. Mereka hidup di akhir zaman yang penuh fitnah, hanya ada dua pedoman yang harus digenggam erat bahkan Rasulullah menggambarkan harus digigit kuat dengan gigi geraham yaitu Qur'an dan Sunnah.
Al Qur’an itu penyelamat, tak hanya di dunia juga kelak di akhirat. Jika di dada mereka ada Al Qur’an sebagai ilmu yang akan menjaganya dari kejahatan dunia dan kelak di akhirat menyelamatkan mereka dengan pahala kebaikan. Allah juga memberi jaminan kemudahan hidup di dunia bagi para penjaga Al Qur’an. Bahkan Allah mengizinkan hambaNya untuk iri pada seseorang yang diberi kenikmatan menghafal Al Qur’an.
Kedudukan Yang Tinggi Di Surga
Kelak di akhirat bagi penghafal Al Qur’an akan naik derajatnya sebagaimana hadist:
Dikatakan kepada orang yang membaca (menghafalkan) al Qur’an nanti, ‘Baca lah dan naik lah serta tartillah sebagaimana engkau di dunia mentartilnya! Karena kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang engkau baca (hafal).”Hadits ini diriwayatkan oleh imam Abu Daud dalam Sunannya no. 1464 dan imam Tirmidzi dalam sunan at-Tirmidzi, no. 2914, dan Ibnu Hibbân no. 1790
Tugas orang tua adalah menjaga diri dan keluarganya dari api neraka, sementara harapan orang tua pada anak-anaknya adalah kelak mereka ditempatkan pada surga terbaik. Sementara janji Allah menempatkan para penjaga Al Qur’an pada surga tertinggi sebanyak ayat yang dihafal.
Meningkatkan Kecerdasan
Membaca dan menghafal Al Qur’an sarana melatih otak mencerna informasi, menyerapnya dan menyimpannya dalam jangka waktu yang lama. Beberapa penelitian mengambarkan bahwa anak-anak yang menghafal Al Qur’an mempunyai kecerdasan yang baik, karena menghafal Al Qur’an itu harus mengingat huruf demi huruf sehingga memudahkan mereka mengingat hal-hal yang kecil.
Menjadi Benteng Kemuliaan Akhlaq
Menjadi penjaga Al Qur’an akan relate dengan menjaga Akhlaq, karena Al Qur’an hanya akan bersemayam dalam hati orang yang berakhlaq mulia. Gimana dengan hafal Qur’an tapi akhlaqnya buruk, coba aja test gimana hafalannya, pasti hafalan Qur’annya rusak. Rasulullah menyampaikan dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Tirmizi , dari Ibnu Abbas bahwa:
"Sesungguhnya seseorang yang dalam jiwanya tidak ada sedikit pun dari Al Qur’an , ibarat sebuah rumah yang rusak “
Masih banyak lagi keutamaan menjadi pecinta dan menghafal Al Qur’an, semua untuk penghafal Al Qur’an itu sendiri hanya satu dari semua big way mengapa berharap anak menjadi penghafal Qur’an yang ditujukan pada orang tuanya. Satu diantara sekian banyak kebaikan bagi penghafal Al Qur’an.
Memang benar, jika ingin anakmu seperti apa, maka lakukanlah seperti inginmu. Tapi jika tak mampu, bukan halangan agar anak itu bisa seperti harapanmu. Meski tetap berpedoman pada syarat dan ketentuan yang berlaku yaitu: tidak memaksakan kehendakan orang tua pada anak. Karena kita sebagai orang tua, hanyalah wasilah.
Tips Membersamai Anak Menjadi Penghafal Al Qur’an
Mempunyai anak yang berkeinginan menghafal Al Qur’an dengan kesadaran sendiri itu hadiah yang luar biasa dari Allah kepada keluarga kami. Alhamdulillah dua dari tujuh anak sudah menyelesaikan hafalan 30 juznya, seorang lagi sedang menuju 30 juz, sisanya lagi sedang dalam perjalanan menghafal semoga segera menyusul menuju 30 juz seperti yang lainnya. Untuk mendapatkan hadiah tersebut, tentunya kami harus berusaha dan mempersiapkan diri sebaik mungkin. Apa yang harus kami lakukan?
Tanamkan Aqidah Sejak Dini
Bagaimana anak bisa mengenal dirinya jika tak mengenal Tuhannya, maka yang pertama kali kami lakukan adalah memelihara fitrah keimanannya dengan mengenalkan Rabbnya, Tuhan penciptanya. Menanamkan aqidah yang kuat serta menumbuhkan kecintaan yang mendalam pada Allah. Sehingga kelak, ketika mereka melakukan segala sesuatu muaranya hanya kepada ridho Allah SWT.
Mengajak Beribadah Dengan Benar
Yang kami rasakan, ketika keimanan anak-anak terpelihara dengan baik sehingga mereka mengenal Tuhannya, urusan ibadah tinggal mengikuti saja. Tak usah diperintah juga jalan dengan sendirinya, tinggal meluruskan pemahaman bagaimana beribadah yang benar menurut tuntunan Rasulullah. Bahkan sebelum aqil baliq kesadaran beribadah itu sudah tumbuh, tanpa diperintah pun anak-anak sudah langsung mengerjakan, bahkan saat kami sedang tak bersama mereka.
Kesadaran beribadah merupakan pijakan untuk melangkah pada kesadaran mencintai dan menghafalkan Al Qur’an. Nggak banget kan, saat anak-anak sudah mulai menghafal tapi sholat saja masih bolong-bolong dan selalu diingatkan. Jadi sholatnya beres dulu baru yang lainnya.
Mengajarkan Menjaga Adab
Rumus besarnya adalah adab sebelum ilmu, sebagaimana dicontohkan ulama terdahulu. Imam Abu Abdillah Sufyan Ats Tsauri ra, berkata :
"Mereka-mereka dalu (para salaf) tidak mengeluarkan anak-anak mereka untuk pergi menuntut ilmu hingga anak-anaknya telah diajarkan adab terlebih dahulu dan memperbanyak ibadah”.
Penting banget mengajarkan adab karena ilmu bisa rusak ditangan orang yang tak beradab. Sejak kecil anak-anak terbiasa dengan tiga kata andalan : maaf, tolong dan terima kasih pada siapa saja meski Tante, asisten rumah tangga kami. Menghormati yang lebih tua serta diajarkan adab terhadap makanan, tidak berebut dan saling mendahulukan yang lain.
Menumbuhkan rasa cinta Al Qur’an
Pinjakan awal bagi penghafal Al Qur’an adalah mencintainya, melafalkan ayat-ayatnya dengan baik dan benar serta memahami maknanya. Memperdengarkan Al Qur’an sejak dalam kandungan, mengajaknya membaca Al Qur’an sejak bayi dengan digendong atau dipangku, memceritakan kisah-kisah dalam Al Qur’an adalah upaya kami menumbuhkan kecintaan pada Kitab Allah ini. Mengapa harus mencintai Al Qur’an terlebih dahulu? Karena menjadi hafizh Qur’an tidak sekedar menghafalkannya tapi menjadi menjaga seumur hidupnya.
“Jika ingin anak hafal Al Qur’an, simpanlah ingatannya di memori.Jika ingin anak hafizh Al Qur’an, semaikan maknanya di hati”Ust. Adriano Rusfi
Memberi motivasi
Sebagai orang tua tugas kita hanyalah memelihara motivasi, karena motivasi terbesar tumbuh dari diri mereka sendiri. Jadi ingat ketika Mas N, anak nomer 2 harus meninggalkan rumah ke sebuah kota nan jauh di Kalimantan Tengah, begitu rasa kangen melanda dia mengirim pesan:
“Meski saat ini kita terpisah jarak, semoga ini menjadi wasilah agar kita berkumpul di surga kelak.”
Demikian juga dengan Mas K, si nomor 3 saat sedang jenuh dan bosan menghafal, dia menuliskannya kalimat-kalimat berikut pada Abinya :
“ Abi, sekarang aku tahu apa itu kenangan. Disaat semangatku lagi lemah, malas, dan menghafal nggak masuk-masuk maka aku ingat kebersamaan kita, main bola dengan Mas N di waktu kecil dengan jurus-jurus ciptaan kami atau saat Abi mengajarkan membuat donat bersama Mbak A dan Mas N tiap pagi di hari sabtu saat Abi tidak sedang ada kegiatan dakwah. Mengingat itu semua membuat semangatku bangkit.”
Anak-anak melihat orang tuanya membaca Al Qur’an, menghafalkannya sedikit demi sedikit di tengah kesibukan sebagai orang tua yang bekerja semenjak mereka kecil, mungkin itulah yang menumbuhkan motivasi menghafal Al Qur’an kala mereka besar. Yah teladan adalah kunci.
Penutup
Tak ada yang salah dengan harapan orang tua agar anak mau menghafal Al Qur’an namun tidak mengegasnya, itu prinsip kami. Tidak ada target pada usia berapa mereka harus sudah hafal Al Qur’an, alami saja sesuai dengan tumbuhnya minat mereka. Tugas kita sebagai orang tua hanya menyemaikan benih-benih kecintaan pada Kitabullah, menyiraminya dengan teladan dan motivasi hingga pada saat yang tepat benih-benih itu tumbuh dan berbuah. Kita hanya berupaya, timing yang tepat Allah sudah tentukan.
Sangat boleh kita punya mimpi, namun jangan terlalu erat menggengamnya, bermimpilah lalu lepaskan, biarlah Sang Penentu Takdir yang menyelesaikannya. Semangat!
Wahh, semoga nanti kalau sudah punya anak bisa mempraktikkan ini
BalasHapusAamiin. Semoga disegerakan.
HapusMasyaAllah keluarganya Bu Tami😍. Walaupun aku belum menikah dan punya anak, aku sangat berharap anak"ku juga nantinya bisa menjadi pecinta Qur'an. Harus banyak belajar dari Bu Tami🤩. Terimakasih atas sharingnya Buu 😊
BalasHapusMaasyaAllah keluarga impian, sangat mengisnpirasi Bun, doakan saya ya bun bisa membangun keluarga qurani.. Aamiin ya Robb
BalasHapusMasyaalloh bafokallohbun Tami mantul, semoga aku bisa mengikuti jejak bun tami dan keluarganya aamiin
BalasHapusMasyaAllah,,, entah kenapa aku iri dengan keluarga Bu Tami😭🙏
BalasHapusMudah-mudahan aku bisa seperti ini di masa depan..
aku lagi mencoba metode resitasi. Alon-alon sekali
BalasHapus