Kali ini aku ingin berbagi sesuatu kepada kalian para singelillah, yaitu tips sukses ta’aruf serta cara bijak apakah harus menerima atau menolak melanjutkan ta’aruf. Kala di sudut hati ingin segera menemukan pasangan dalam hidup, lalu melanjutkannya dalam pernikahan impian, tapi di sisi lain masih banyak ganjalan. Apakah proses ta’aruf ini akan berlanjut ke tahap pinangan ataukah menolaknya sedari awal? Ada yang pernah mengalami kondisi seperti ini?
Menikah, aih membicarakannya saja sudah membuat kita tersipu malu, merupakan ikatan berdasarkan kesepakatan dan janji atas dua orang manusia yaitu laki-laki yang hendak menikahi dan perempuan yang hendak dinikahi melalui walinya bagi seorang gadis. Makanya kata an-nikah salah satunya bermakna akad yang berarti ikatan atau kesepakatan.
Hukum nikah secara umum adalah sunnah, meski ada beberapa kondisi yang mengharuskan atau menjadikan wajib, juga mubah dan bisa juga haram. Kita ambil umumnya saja yaitu sunnah, sebagimana sabda Rasulullah SAW dalam sebuah hadist :
“Wahai para pemuda, jika kalian telah mampu, maka menikahlah. Sungguh menikah itu lebih menentramkan mata dan kemaluan. Bagi yang belum mampu, maka berpuasalah karena puasa bisa menjadi tameng baginya.” (HR. Bukhari no 4779)
Mengapa Harus Menikah?
Manusia itu Allah karuniakan fitrah atau kecenderungan. Setidaknya ada empat kecenderungan manusia yang Allah firmankan dalam Al Qur’an yaitu:- Lawan jenis, fitrah manusia menyukai lawan jenis. Nah kalau sebaliknya berarti melanggar fitrah. Jadi wajar dong saat anak sudah aqil baliq mulai tertarik pada lawan jenis, dan saat usia sudah siap mulai mengharap pasangan hidup.
- Berketurunan, bahkan Nabi Zakariya yang sudah tua dengan rambutnya yang berwarna abu-abu berdoa secara rahasia kepada Allah memohon agar diberi keturunan yang bisa mewarisinya sementara istrinya juga sudah tua dan mandul. Betapa gigih usaha dan doa Nabi Zakariya hingga akhirnya Allah kabulkan. “ Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran ( seorang putramu ) Yahya, yang membenarkan kalimat dari Allah, menjadi pengikut, menahan diri dan seorang nabi termasuk keturunan orang-orang saleh ( QS 3 : 39)
- Harta benda, Al Qur’an pun menggambarkan kecenderungan terhadap harta benda seperti yang ada pada Q.S Ali Imran : 14
- Usaha/Bisnis/Perniagaan , dalam Qur’an surah At-Taubah : 24
Ta’aruf Sebagai Salah Satu Adab Dalam Pernikahan
Masih ingat kan, beberapa waktu lalu ketika selebritis juga selebgram menikah melalui ta’aruf. Yiipi, ta’aruf jadi trend lagi setelah berpuluh tahun lalu dirasa aneh jika menikah tanpa pacaran. Dikira hamil duluan karena tiba-tiba menikah, belum lagi tantangan dari orang tua dan keluarga besar. Kok bisa nikah dengan orang yang nggak dikenal gitu? Siapa bilang nggak kenal, kan ta’aruf itu sendiri adalah perkenalan.Ta’aruf yaitu sarana untuk mengetahui atau menggali lebih dalam lagi tentang calon pasangan baik secara :
- Jasadiyah , rupa atau raut wajah, penampilan atau tongkrongan
- Fikriyah , wawasan, pola pikir, intelektual, cara pandang hidup dan lainnya
- Nafsiyah , aklaq, kepribadian (*rumah pribadi, mobil pribadi, rekening pribadi...nggak termasuk mah) sifat, karakter, watak , latar belakang pengasuhan dan asal usul
5 Poin Yang Kudu Ditanyakan Dalam Ta’aruf :
- Satu, Bagaimana ia menjalankan ibadah wajibnya juga sunnahnya? Bagaimana sholat lima waktunya? Kalau laki-laki apakah berjama’ah di masjid? Segitunya ngurusin ibadah orang lain. Eits bukan orang lain, calon pasangan ini mah. Bukankan sebaik-baiknya pasangan dipilih karena agamanya, ya pastinya tergambar dari kualitas ibadahnya dong. Jadi ingat anak gadis saat bilang ada yang suka padanya, paling pertama ditanya, gimana sholatnya? “Iya sih Bun, masih harus diingatkan,” jawabnya. No! Biar yang lain bagus kalau sholatnya masih berantakan , tidak bisa.
- Dua, Pemahaman tujuan berumah tangga, karena menikah itu bukan sekedar ingin tapi untuk apa. Jadi harus jelas tujuannya untuk apa, itu yang mengerakkan langkah kita dalam mengarungi bahtera rumah tangga kelak.
- Tiga, Latar belakang keluarga dan pola asuh. Kalau orang dulu bilang, bibit, bebet, bobot itu ternyata ada benarnya juga. Asal -usul orang tua dari mana, hubungan keluarga dan keluarga besarnya bagaimana, peran dan pengaruh keluarga besar sejauh mana, pola komunikasi yang terbangun seperti apa, cara pengasuhan yang didapat seperti apa dan banyak lagi.
- Empat, Kemandirian, ketangguhannya dalam menghadapi masalah serta regulasi emosi. Ini penting juga agar nantinya ketika menghadapi masalah dalam keluarga, penyelesaiaanya akan terlihat dari sini. Bagaimana pasangan suami istri ini nantinya mampu mengalihkan rasa permusuhan menjadi sebuah langkah penyelesaian yang kreatif dan konstruktif.
- Lima, Pemahaman terhadap hak dan kewajiban serta peran suami istri, membangun citra diri yang baik dan mempunyai daya kasih sayang yang besar.
5 Tips Sukses Ta’aruf Dan Cara Bijak Menolak Atau Menerimanya
Satu. Tentukan kriteria yang jelas.
Sebelum mengajukan data atau proposal, tentukan dulu kriteria pasangan yang kita harapkan seperti apa. Jangan yang penting laki-laki atau yang penting perempuan, yaah susah kalau gini. Giliran sudah ketemu untuk mengenal lebih jauh eh malah nolak karena nggak seperti yang diharapkan. Kenali diri sendiri dulu dengan baik. Aku tuh seperti ini dengan segala kelebihan dan kekurangan, lalu tulislah kriteria yang diinginkan, fisiknya, karakternya, usia, pekerjaan, pendidikan, suku, rencana domisili, status pernikahan apakah masih gadis/jejaka, atau sudah janda/duda dan bagaimana orang tuanya.Harus jelas ya dari awal, kecuali memang rentang toleransi kita tinggi dan bisa menerima apapun keadaannya. Lalu komunikasikan melalui perantara ta’aruf kita atau tuliskan apa adanya dalam data atau proposal ta’aruf. Jadi jika ternyata calon yang akan dipasangkan dengan kita tidak sesuai, ya cukup sampai disini, tak perlu berlanjut ketemuan yang nantinya malah baper karena ditolak.
Dua. Sesuaikan kriteria dengan diri kita
Ada baiknya kita berkaca, eh aku begini lho masak kriterianya selangit. Bukan berarti merendahkan diri lho ya tapi melihat diri sendiri lebih dengan jernih. Pernah dengar anekdot begini : “ Ustad ini kriteria saya, cantik, putih, pinter masak, keibuan, berpendidikan tinggi bla-bla-bla.” Lalu ustadnya bilang : Ya akhi kalau ada yang seperti itu, ngapain dikasih ke antum. Buat ana aja.”Tiga. Jalin komunikasi yang baik seperlunya
Dalam ta’aruf ada banyak hal yang harus kita tuntaskan. Jalinlah komunikasi yang baik, jujur dan apa adanya tak perlu ditutup-tutupi tapi seperlunya saja. Jangan berlebihan jadi ngelantur kemana-mana sehingga masalah pokoknya malah tak tersampaikan dengan baik. Batasi komunikasi langsung atau chating berlebihan dengan calon pasangan. Mintalah perantara menjembatani komunikasi yang baik dan berkualitas.Empat. Istikharah, minta petunjuk pada Allah SWT
Istikharah kan kalau ada beberapa pilihan, kalau satu aja? Hai, nggak gitu singelillah, memutuskan akan menikah itu sebuah keputusan besar dalam hidup lho, masak nggak minta petunjuk Allah. Ada tidaknya pilihan selain calon yang ada, tetep kudu istikharah agar Allah tuntun langkah kita, mantapkan niat kita dan permudah jalan kita. Makanya doa istikharah kan jika sesuatu itu baik buat hidup dan agama kita maka dekatkanlah dan jika sebaliknya maka jauhkanlah, yee kan.Lima. Berprasangka baik kepada Allah
Perkuat akidah kita dan selalu ingat bahwa segala sesuatu Allah yang menentukan, ranah manusia hanya pada seluas-luasnya ikhtiar. Bukankah jodoh, riski dan maut sudah Allah tentukan sejak sebelum ruh ditiupkan. Ketika menjalani ta’aruf, berpasrah dirilah kepada Allah dan melepas ketergantungan kepada selain Allah. Jadi apapun hasil ta’aruf kita, semua itu adalah ketentuan dari Allah. Suksesnya sebuah ta’aruf bukan semata-mata berlanjutnya ke pelaminan saja, tidak mesti begitu. Bisa jadi Allah jauhkan karena itu bukan yang terbaik buat kita.Bagaimana kalau kita dihadapkan pada situasi apakah harus menerima atau menolak, galau diantara keduanya. Menerima tapi masih banyak ganjalan yang belum terurai atau menolak karena ada beberapa alasan setelah proses pertemuan kedua belah pihak. Sudah benarkan kita menerima atau bijak kah kita menolaknya? Bagaimana jika ada anggapan “ Kamu sih pilih-pilih” setelah menolak. Atau “ Nanti ada fitnah lho kalau menolak tanpa alasan syarii”. Yang lain lagi berkata “ Kesempatan tak datang dua kali” . Aduh jadi bingung kan, di sisi lain belum bisa menerima tapi berat untuk menolak.
Apa saja perlu dipertimbangkan sebelum menerima atau menolak proses ta’aruf berlanjut ke jenjang berikutnya?
5 Cara Bijak Menerima Atau Menolak Proses T WAa’aruf
Satu. Pemahaman agama pertimbangan nomere pertama
Jika harus menerima atau menolak, yang nomer 1 menjadi bahan pertimbangan adalah pemahaman agama, karena pemahaman agama yang baik akan sangat membantu dalam mengatasi segala hal dikemudian hari ketika ada masalah. Pemahaman agama lho ya bukan tampilan agama dengan segala atributnya.Dua. Komitmen pada pengembangan diri
Tak jarang setelah kita menentukan kriteria eh ada salah satu kriteria yang tak terpenuhi. Misal nih semua oke tapi pendidikan tak setara. Biasanya ganjalannya jika si laki-laki berpendidikan atau berwawasan lebih rendah dari si perempuan. It ‘s oke jika calon pasangan punya komitmen dalam pengembangan diri, bagaimana dia belajar memahami kekurangannya, bagaimana ia belajar dari kesalahan, sejauh mana dia mau mendengarkan pendapat orang lain, mau belajar dan membangun diri menjadi pribadi yang lebih baik. Yakinlah setiap orang punya kelebihan dan kekurangan. Jika terbangun komitmen ini, bolehlah jadi pertimbangan melanjutkan ta’aruf.Tiga. Keterbukaan dan Kejujuran
Bagaimana jika dalam ta’aruf bertemu dengan calon pasangan yang tertutup , pendiam serta sulit berkomunikasi. Bolehkah berpikir menolaknya karena keterbukaan, kejujuran, kemampuan berkomunikasi itu sangat penting agar kita bisa saling menyelami perasaan masing - masing, bukankah menikah itu saling berbagi perasaan agar keluarga menjadi harmonis?Sebentar tunggu dulu, membangun komunikasi itu perlu banget, terbuka dan jujur itu sangat penting. Gali dulu cara berkomunikasi yang paling pas diantara pasangan tersebut, coba dan jika cocok lanjut. Banyak kok pasangan yang salah satunya pendiam banget dan cocok-cocok aja tuh.
Tapi kalau ternyata ada banyak hal yang ditutupi dan tidak jujur dari awal ta’aruf, boleh banget jadi dasar penolakan, karena kita mengharapkan pasangan yang tidak main-main dengan dirinya sendiri dan orang lain.
Empat. Integritas dan Kepedulian
Pernah mengalami ta’aruf yang di tarik ulur ..., emang layangan. Artinya nggak ada kejelasan, lanjut belum tentu, batal pun nggak. Duh nggak enak banget deh ya. Ragu -ragu dan tarik ulur dalam mengambil sikap itu salah satu indikator seseorang tak punya integritas. Dari pada berproses dengan orang seperti ini lebih baik lupakan saja. Mundur alon-alon. Sakit sih, terlebih jika sudah ada sedikit rasa simpati. Lalu apa enaknya digantung?Kepedulian bisa dilihat dari cara dia peduli dengan dirinya sendiri dan kemampuannya mengurus diri sendiri. Jika ngurus diri sendiri saja nggak bisa gimana mau ngurus keluarga. Betul tak?
Lima. Cara dia memandang kehidupan
Tanyalah padanya tentang cara menyikapi kehidupan, jika jawabannya negatif ? Wah itu tanda dia orang yang pesimistis. Nggak banget deh ini, terutama laki-laki. Jauhi segera! Sikap positif memandang kehidupan merupakan sikap hidup yang kudu dimiliki agar bisa mengubah kendala, rintangan menjadi peluang. Apalagi buat seorang laki-laki, dia calon pemimpin rumah tangga lho. Pernah ketemu yang kayak gini, duh laki-laki kok ngeperan gini. Ditolak , jelas! (*sadis ya, jangan ditiru)Termasuk sikap optimis mampu mewujudkan keluarga yang sakinah, mawadah wa rohmah, yakin dengan kemampuan diri sendiri dalam bertanggung jawab terhadap keluarga.
Bagaimana jika proses ta’aruf kita gagal dan kita di tolak?
Sejak awal ta’aruf kita harus berprasangka baik kepada Allah, termasuk jika proses ta’aruf kita tidak berjalan sebagaimana harapan kita, dan berlanjut hingga ke pelaminan. Di tolak bukan akhir segalanya, masih akan ada proses ta’aruf selanjutnya. Tenang, wahai para singelillah.5 Hal Yang Kudu Kita Siapkan Jika Ditolak Dalam Proses Ta’aruf
Siapkan mentalSetiap proses ta’aruf selalu ada dua kemungkinan, diterima atau ditolak. Jadi saat langkah kaki memasuki gerbang ta’aruf, selalu siapkan mental bahwa kita akan menghadapi dua hal itu. Di tolak bukan hal terburuk dalam kehidupan kita.
Ingat tujuan ta’aruf kita
Di saat akan ta’aruf, kita sudah menetapkan tujuan, ingin menikah untuk menggenapkan setengah dien kita, beribadah dalam kehidupan pernikahan. Jadi tujuan kita ta’aruf adalah mencari ladang amal kebaikan, mencari ayah dari anak-anak kita kelak bukan sekedar pendamping hidup. Yang menolak itu artinya dia bukan sarana amal kebaikan kita, bukan calon ayah yang baik buat anak-anak kita. Ambil hikmahnya dan berpikir positif, bahwa Allah telah memberi jalan yang terbaik, sedangkan dia bukan yang terbaik buat kita. Berbahagialah.
Berpikir positif dan jangan pernah menyalahkan diri sendiri
Terkadang justru kitalah yang disalahkan karena terlalu banyak kriteria, pilih-pilih, rewel dan seterusnya. Hai kita kan mencari teman seperjuangan di dunia untuk menuju surga, masak nggak boleh pilih-pilih. Terimalah komentar itu dengan bahagia dan yakinkan diri kita tidak seperti itu. Jangan mendiskreditkan diri hingga membuat kita menggugat takdir Allah. Jangan pernah merasa insecure.
Alirkan energi pada hal yang positif
Ditolak lalu sedih, marah, kecewa, malu itu wajar adanya. Lumrah dan manusiawi, lha wong kita manusia yang punya hati dan perasaan. Tapi nggak berlama-lama dalam keterpurukan, alirkan rasa sakit dan sedih pada hal-hal yang positif, lakukan kegiatan yang bermanfaat. Jangan pernah berhenti beredar dalam lingkaran kebaikan.
Bangkit dan optimis
Selagi matahari masih terbit dari timur, harapan itu masih tetap ada. Optimis masih akan ada yang lain yang cocok menjadi teman sejati dalam hidup ini. Kita bukan mengejar si dia yang sudah menolak kita, tapi mencari teman seperjuangan menuju surga. Bukanlah janji Allah menciptakan manusia berpasang-pasangan. Yakinlah akan hal itu.
Penutup
Bab menemukan jodoh adalah perkara rahasia,meski siapa jodoh kita sudah tertulis di lauhul mahfudz. Tugas kita hanya mempersiapkan diri menyambut datangnya jodoh itu, dengan sebaik-baik keadaan. Semoga tulisan singkat tips sukses ta’aruf dan cara bijak menerima atau menolaknya ini bermanfaat buat singelillah. Semangat!
Referensi :
Catatan lama daurah pra nikah
Majalah Ummi Edisi 4/XV/2003
Baca ini jadi Inget masa2 duluuu banget, bukan masa ta'aruf. Tapi masa pas ngehalu lagi ta'aruf.
BalasHapusMemang indah banget Bun.
😊
Indah dengan segala pernak perniknya... Pas dikenang kadang rasanya gimana gitu.
HapusPara jomlowan dan jomlowati wajib banget baca tulisan ini
BalasHapusCocok, habis itu baca tips merencakan pernikahan di The Regen
HapusNgerasa banget mba. Udah 28 dan belum nikah. Ada yg bilang terlalu pemilih. Padahal kan kita memang harus milih. Beli baju aja dipilih, ga mungkin kan nyari suami ga ada kriteria.
BalasHapusSelama ini memang belum ada calon yg sama-sama cocok mba. Saya yakin dia engga. Atau dia hilang tanpa kabar.
Ya sudah, saya mikirnya jika memang jodoh pasti Allah mudahkan jalannya. Yang penting ikhtiar tetap jalan. Malah curhat aku, hehehe...
Aku juga masih menjomblo di usia 25 tahun ini. Sudah berseliweran pertanyaan kapan nikah. Padahal kan menikah bukan perkara usia. Bukan pula perlombaan. Semoga kita sama-sama dipertemukan dengan jodoh terbaik ya, Kak!
HapusTerbaik... Setuju aku tuh. Memilih itu harus, lebih baik terlambat daripada pernikahan kandas di tengah jalan atau pernikahan yang penuh luka sepanjang jalan.
HapusSimpan dulu deh tipsnya buat nanti di masa depan 😄
BalasHapusBoleh, nggak lama. Anak-anak tumbuh semakin cepat tiap hari rasanya.
HapusMakasih banyak atas tips ta'arufnya kak! Sungguh aku terkadang was was untuk menjalani ta'aruf yang pakai proposal2 gitu. Semacam ada ketakutan jika ternyata data yang kita terima tidak sesuai dengan aslinya.
BalasHapusSelain data, kita kudu pasang banyak mata dan telinga. Minta tolong pada orang-orang terpercaya untuk menyelidikinya dengan cermat. Gunakan proses ini bukan sekedar kenal gitu aja tapi proses pencarian yg serius.
HapusSama-sama. Makasih juga sdh berkunjung
harus menemukan perantara yang pas dan amanah biar enak ya
BalasHapusPerantara harus amanah. Bahkan si perantara pun harus istikharah agar amanah yang dibawanya tidak salah. Perantara juga harus punya banyak info dari kedua belah pihak.
Hapusrekomen nih buat jomblo lillah
BalasHapusHehehe, saya mengingat lagi materi ini karena anak gadis sudah gede. Siap-siap mantu.
HapusPara jomlo, keknya wajib banget deh baca tips ini 🙈
BalasHapus